Menulis Sebagai Bukti Perawat Itu Ada dan Hidup Selamanya

Post Top Ad

Agustus 28, 2016

“Kambuh” Saat Penyuluhan Kekambuhan

by , in

Photo Bersama Setelah Pemberian Penyuluhan
Pernahkah teman-teman melihat bagaimana orang dengan gangguan jiwa yang sedang kambuh? Pasti ngeri bukan? bahkan bisa membahayakan keselamatan kita. Nah, perawat travelers pernah berhadapan dengan situasi seperti ini. Parahnya lagi kejadiannya berlangsung saat penyuluhan tentang “Peran Keluarga dalam Penanganan Kekambuhan pada Pasien Gangguan Jiwa”.

Saat itu kami diberi tugas untuk memberikan penyuluhan tentang tema di atas, targetnya ialah kelurga pasien yang sedang berkunjung ke Rumah Sakit Jiwa (RSJ). Selain, keluarga pasien, kadang pasien yang rawat jalan sering juga di bawa untuk konsultasi kepada dokter jiwa dan jika kondisinya memungkinkan dia juga kami libatkan sebagai audiens dalam penyuluhan ini. 

Kami pun melakukan penyuluhan di ruang tunggu Poliklinik Rumah Sakit Jiwa, Nanggroe Serambi. Aku bertindak sebagai moderator saat itu. Sebagai perawat, kami harus siap sedia bertindak menjadi apapun yang ditunjuk, kerja tim ialah kuncinya untuk mendapatkan nilai yang bagus. 

Layaknya moderator akupun melakukan tugas sesuai peranku, membuka acara, menyapa para audiens (pasien & keluarga pasien), memimpin jalannya diskusi dan memotivasi audiens agar mau berperan aktif, baik itu dengan bertanya ataupun berbagi pengalaman.
Saat Berlangsungnya Acara Penyuluhan
Ditengah jalannya diskusi, tiba-tiba ada seorang pasien yang sedang kambuh. Kemudian berjalan mondar-mandir di depan audiens sambil menaburkan barang-barangnya. Mulutnya komat kamit seperti orang yang sedang membaca mantra.

Kambuh merupakan keadaan dimana muncul gejala yang sama seperti sebelumnya dan mengakibatkan klien  harus dirawat kembali”

Fokus audiens tidak lagi tertuju padaku, tetapi ke perempuan muda yang sedang kambuh itu. Dia terus mondar mandir mengelilingi kami, sambil berucap “pergi.., pergi.,”. Ibunya pun mengejarnya dari belakang, tapi dia tak peduli seoalah benar-benar sedang mengusir sesuatu.

Diskusipun sempat terhenti, kamipun terpana melihat drama yang berlangsung beberapa menit itu. Padahal kami baru saja membahas tentang peran keluarga dalam menangani pasien kambuh, lah.., tiba-tiba langsung ada pertunjukannya di depan mata, siapa yang nggk shok.

Aku yakin jika kamu berada disitu, pasti pada kabur. Untunglah kami sudah biasa dengan hal seperti itu, walaupun sebenarnya dalam hati pengen cepat kabur segera. Tapi, ya.., mau gimana lah, malu dong sama keluarga pasien dan status perawat.
 
Tim Penyuluh Kesehatan Jiwa FKep Unsyiah
Teman-temanku yang bertugas sebagai observan segera menangani perempuan tersebut. Ternyata pasien itu pernah kami rawat dua hari yang lalu di ruang akut. Atas permintaan orang tuanya, dia meminta dikeluarkan dari RSJ karena katanya ingin berobat ke dukun. Waduhh... hari gini masih percaya dengan dukun? Ampun deh..,

Karena Ibunya memaksa, jadi pihak RSJ memberikan izin untuk pulang, padahal sebenarnya pasien tersebut belum diizinkan untuk pulang. Dua hari setelah pulang, rupanya dia kambuh lagi bahkan bertambah parah. 

Pada saat itulah tanpa ada di skenario, tiba-tiba dia masuk ke acara kami dan memperlihatkan bahwa dia sedang kambuh, luar biasa bukan! Penyuluhan kami langsung disertai dengan contoh barangnya, hehehe maksudnya bentuk pasien kambuh.

Setelah intermezo tersebut, kami kembali melanjutkan diskusi tentang penanganan pasien amuk. Yang uniknya setelah kejadian tadi membuat para audiens bersemangat untuk bertanya, dan malah kami kewalahan untuk menjawab pertanyaan dari mereka.

Padahal jarang-jarang loe keluarga pasien yang mau mendengarkan secara habis dan mau terlibat secara aktif saat penyuluhan seperti ini. Tapi alhamdulillah, si bunga gadis amuk menghidupkan suasana penyuluhan kami. Walapun dia harus kembali di rawat di ruang akut RSJ.
Dapat Bagian Berperan Sebagai Perawat Jiwa

Di akhir stase keperawatan jiwa, kamipun mengambil kisahnya si bunga gadis amuk untuk di dramakan atau di role play kan di depan umum. Aku dapat bagian sebagai perawat dalam skenario itu. Di akhir kisahnya, si bunga gadis harus di tahan lebih lama di ruang akut sampai kondisinya benar-benar stabil.

My Instagram